Rabu, 20 Oktober 2010

jogjakarta,2009

Jogjakarta,2009

Aku mengenalmu satu tahun lalu di sebuah jalan,di perempatan Malioboro. Saat itu kau mengenakan sweater hitam kesukaanmu. Kau yang begitu menawan dengan tawa dan binar indahmu. Sempat ku cemburu pada siapa saja yang dekat padamu,meski ku tahu aku tak berhak memilikimu. Sebuah luka dalam buntalan ketegaran kau bungkus rapi di sana. Aku bahkan menahan pilu setiap kali bibir pucatmu menahan derita dalam dadamu. Andai kau tau,betapa ingin ku rasakan tiap inci kepedihan itu,agar kau bisa berbagi. Tapi kau tak mau.
Saat itu gerimis turun dengan ramainya. Beberapa orang berlari mencari pelataran toko untuk berteduh. Semakin lama bertambah lebat menjadi hujan. Pedagang kaki lima bergegas mengemasi dan menyelamatkan dagangannya. Namun kau,dengan ketenanganmu,mengembangkan payung hitammu,dan memeluk bahuku erat. Kita berpayungan dalam derasnya hujan yang menjadikannya sebuah harmoni. Wajahmu yang pasi tersenyum padaku.
Bukan karna dingin yang menggigit. Tapi aku tau pasti karna sesak dalam dadamu yang kau tahan… Kau yang tegar dan kuat. Aku sungguh terpikat. Sungguh aku tak pernah mneyesali setiap tetesan air yang menerpa rambut dan kemejaku, dan celanaku,aku terlalu hangat dalam kelekatan ini.
Tepat satu tahun sudah. Aku kembali berjalan di jalan tempat kita berdua melangkah dalam lebatnya hujan malam. Sempat aku terhanyut dalam keharuan yang membuat hatiku biru. Sebuah biru yang lebam. Aku selalu merasa kau ada di sini. Dan senyum indahmu menyapaku,dengan pijar matamu yang menyamai bintang selatan. Aku tau,sebuah kerinduan ini tak akan pernah terjawab dan tak akan pernah aku tanyakan,dan selamanya hanya akan jadi sebuah hal yang menjadi keliman. Sebuah rindu yang tak pernah menjadi sebuah hal yang rapi dan indah.
Aku selalu menyimpan setiap keping kenangan yang telah menjadi serpihan,meski orang bilang serpihan tak berguna dan akan jadi barang buangan,tapi untukku,serpihan adalah robekan-robekan indah yang seharusnya di simpan dan di kumpulkan untuk menjadi keindahan meski tidak sesempurna asalnya.


Hujan kali ini sangat deras. Tapi aku menikmatinya. Bukankah karna hujan kita bertemu…??

(untuk seorang Tere,yang selalu tau cara bertahan dalam kepedihan sakitnya..)


Jogja,2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar