Rabu, 20 Oktober 2010

cokelat

Cokelat Café itu memiliki dinding dengan warna unik. Tidak krem,tidak kuning,cenderung coklat mungkin. Tapi coklat yang bagaimana aku tak tau. Coklat bercampur merah atau ungu? Matamu memandang ke sana dan kemari. Mencoba mencari sesuatu yang hilang. Entahlah. Apa yang hilang? Dari semua keberadaanmu kau selalu sibuk mencari hal yang tiada. Kau meraih gelas berisi wine dan menegaknya hingga tandas. Dan lagi-lagi bola matamu mencari-cari sesuatu di antara berpuluh manusia dengan model dan warna baju yang cenderung pucat. Entah aku tak jelas melihat ke arah mana kau berputar. Aku mencoba mengikuti langkah-langkahmu. Kau berhenti,lalu berputar padaku. Menatapku, ‘aku tau mengapa café ini berwarna seperti ini’ ujarmu. Tepat di bawah bola lampu yang menyala terang,dan begitu jelas ku lihat pendar bola matamu yang coklat muda. ‘kau tahu mengapa?’ aku menggeleng,bukan karna aku memang tak tau,tapi aku memang tak tertarik dengan menu pembicaraan ini. Apa menariknya membahas warna dinding café yang bagiku sangat tidak berkarakter dan ga jelas warnanya? ‘ karena pemiliknya suka coklat. Kau lihat? Dari meja,kursi,buku menu,gelas,cangkir,dan dekorasi panggung itu..bahkan taplaknya. Semua bernuansa coklat. Yah..coklat!’ ujarmu dengan berbinar. Dan bersemangat. Coklat? Seperti terhipnotis aku menatap meja,kursi dan property lainnya yang di sebutkanmu tadi dengan seksama. Meja berwarna hitam,tapi tidak hitam pekat. Ada semburan coklat di sana. Kursi,gelas,mug yang putih tapi ada garis coklatnya..lantai panggung dengan kayu yang berwarna coklat tua.. ya,dan aku sangat kagum,bahwa café ini punya cita rasa yang unik. Coklat di semua pojok ruangnya. Aku menatapmu. Menatap dua bola matamu yang berpijar. Aku selalu kagum. Padamu. Kau selalu bisa mengendus sesuatu yang tak bisa ku bau. Kau bisa merasakan sesuatu yang tak bisa ku raba..dan itulah mengapa aku suka sekali warna coklat..karna terdapat dalam dua bola matamu yang selalu bisa berkata-kata tanpa berucap sepatah abjadpun.. Coklat yang ku cintai bahkan tak mampu ku lihat dengan mata telanjangku. Meski coklat yang ku puja adalah absurd,tapi aku sangat tergila-gila,meski aku tak tau,seperti apa rasa coklat itu.. (Café in My home Town,2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar