Selasa, 20 April 2010

Cinta yang membebaskan- Apa yang kau cari? By Fre

When you love it, u have set it free, if it backs to you, its yours, but if it isn’t it never was…
Pernah melihat atau dengar kalimat tersebut? Kalimat tersebut pernah di katakan oleh seorang teman saat dia curhat tentang kisah cintanya.
Cinta. Siapapun pernah merasakan cinta. Semua mahkluk hidup di dunia ini semua pernah mencintai. Saat kita mencintai seseorang kita otomatis telah menandatangani perjanjian tak tertulis yang mana kita harus mau berkorban, mau menderita, mau terluka, dan mau patah hati.
Waktu yang membuktikan apakah cinta yang sejati kah yang ada pada kita atau cinta yang bersyarat? Yang lebih banyak memberi untuk menuntut balasannya? Ini terjadi pada Budi sebutlah begitu, nama cowok itu. Dia jatuh cinta pada seorang gadis benama Resa. Resa sebenarnya tidak mencintai pemuda itu. Dia lebih menganggap Budi sebagai temannya. Mereka memiliki banyak persamaan hobi, pemikiran dan sifat mereka yang open mind juga sama. Bagi Budi, Resa adalah soulmatenya. Tak ada seorangpun yang di kenal Budi bisa memiliki banyak persamaan seperti Resa. Meski sadar dan tahu Resa tidak pernah mencintainya, Budi tak peduli. Baginya cinta adalah memberi. Itu saja. Budi selalu memperhatikan Resa. Dia selalu memberikan bantuan pada Resa, rajin menanyakan kabar Resa, pokoknya setiap hari selalu saja Budi ada dalam kehidupan Resa. Lama-lama Resa jadi suka pada Budi. Tapi dia tau itu bukan cinta sesungguhnya. Mungkin lebih pada kasihan, dan takut mengecewakan pemuda itu yang terlalu baik padanya. Budi akhirnya jadi merasa Resa juga punya perasaan yang sama padanya. Akhirnya cemburu pun datang. Setiap kali Resa dekat dengan pemuda lain, Budi jadi senewen, marah-marah ke Resa. Resa jadi bingung sendiri karena Budi marah-marah ga jelas padanya, dan mereka jadi sering bertengkar. Setelah lama berpikir dan berpikir tentang Budi, akhirnya Resa memutuskan untuk mengakhiri saja hubungan pertemanan mereka. Bila di teruskan tak akan baik. Baik untuk dirinya yang tersiksa dengan kebaikan Budi tanpa bisa membalasnya, baik untuk Budi yang terus menerus berkorban perasaan dan sesuatu padanya. Akhirnya Resa menjauh tanpa mengatakan keputusannya pada pemuda itu. Sehingga Budi semakin tertekan dan sedih. Karena dia merasa punya salah tapi tak tau salahnya apa sehingga Resa menjauh darinya. Resa tak lagi membalas sms dan emailnya, dan saat mereka bertemupun Resa seperti menghindarinya.
Satu pagi Budi mendapat sebuah pesan di emailnya. Sebuah pesan yang mengejutkan sekaligus menyadarkannya. Seorang saudara Resa mengatakan padanya agar dia menjauhi Resa karena gadis itu sudah sangat tersiksa dengan sikapnya. Bila ini di teruskan yang ada hanya rasa sakit pada ke dua nya. Hari itu adalah hari terburuk buat Budi. Entah sudah berapa hari ia merasa tak bisa berpikir lagi. Perasaan protes karena Resa tak pernah bilang padanya, perasaan tak rela melepas Resa, perasaan ‘why not’, mengapa tidak? Kalo aku mencintainya dan memperhatikan dia dan aku terus yang berkorban why not? Resa ga perlu membalas, aku cuma butuh pertemanan kami, itu saja. Perasaan itu terus bergumul dalam hatinya. Berbagai cara di lakukannya untuk menyambung hubungannya dengan Resa tapi Resa tetap tak bergeming. Satu hari saat ia jalan-jalan di sebuah toko buku, Budi melihat sebuah buku yang bertuliskan Bila Kamu Mencintai, Kamu Harus Membiarkan Dia Bahagia. Kalimat itu terus menggelitiknya selama dalam perjalanan sampai di rumah. Pada akhirnya Budi bisa menyadari bahwa memang ia harus melepaskan Resa. Bila Resa menjauh darinya dan itu adalah pilihannya, dan itu membuat Resa hepi, dia harus mendukungnya,meski dia hancur dan sakit. Membuat orang yang di cintai bahagia adalah dengan mendukung apapun yang menjadi pilihan orang tersebut. Itu adalah satu titik yang bisa di petik oleh Budi. Toh cinta memang – kata orang- tak harus memiliki.
Cinta adalah membebaskan. Bila kamu mencintai seseorang, kamu harus membebaskan dia. Bila dia kembali padamu, dia adalah milikmu, tapi bila tidak, dia tak kan pernah jadi milikmu sedari dulu.

Ayat Renungan:
- 1 Kor: 4-8
- Rom : 13:10











Pagi!

Burung pipit menyapa,
taman hatiku yg sepi kembali bersemi,dan inilah yg slalu ku rindu meski ku tau pipit itu bukan dan tak kan jadi pipitku,
tapi ini sudah cukup..
Apalagi mendengarnya bernyanyi, ujarku
lebih dari sekedar cukup!
Malam berganti pagi,tapi aku ta lihat si mungil menari dan bernyanyi,terus terang taman hatiku jadi hampa kembali..
Aku meranggas dalam rinduku..ah andai kau tau..betapa ini sangat menyiksa,aku kehilanganmu tanpa sempat memilikimu

Dan pagi ini,
Sumber oasisku datang..
Tapi...
Dia tak sendiri,dia berdua
mereka bahagia..
Aku patah hati dan nyanyian itu merajami daging-dagingku
kebahagianku telah pergi dan tak kan pernah kembali,taman hatiku kembali kosong..

Ku lepaskan wahai sang pelipur lara..meski hancurku kini..
Bukankah cinta tak lelah memberi? Dan..
Tlah ku berikan perhentian itu padamu,
meski hanya untuk melepas letihmu..
Itu sudah cukup.


(Fredericka M hendiana widowati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar