Senin, 13 Desember 2010

December132010


Angin Desember menghantarkan langkah-langkah pendekku meningggalkan kapel. Aku menyeret langkahku yang semakin berat menuju gerbang tempat peziarahanku selama 4 bulan ini. Dia mengantarkan ku dengan berjalan di sisiku…’ Selalu ada di sisi mu Fre..tak akan pernah ada yang akan berjalan di depanmu atau di belakangmu. Tak akan ada yang menganggapmu sebagai hamba atau majikan..’  itu katanya  padaku.

Aku sempat ingin menghentikan langkahku. Aku masih ingin menjeda sedikit waktu untuk bisa mengumpulkan semua serpihan hatiku yang retak,lalu memutuskan ke mana arah langkahku..aku cuma butuh sedikit waktu lagi..satu jam..30 menit..atau cuma 15 menit…atau…satu menit lagi untuk memutar balik dan mengubah segalanya…selamanya..Dan bila mungkin aku ingin menghentikan waktu. Andai aku bisa..tapi itu mustahil dan tak akan pernah bisa. Waktu semakin cepat dan hatiku tergugu dalam bisu. Kami berjalan beriringan dengan hatiku yang sudah membiru. Entah seperti apa dinginnya..beku dan kaku.. Dia menoleh padaku. Dia mengenggam tanganku. Kehangatan mengaliri darahku dan sedikit menentramkan hatiku yang membiru. Senyumnya terkembang, “ Tak ada siapapun yang memaksamu melakukan apapun. Tak ada yang menahanmu utk tinggal di sini ataupun memaksamu keluar dari sini. Hatimu lah yang telah memilih…” aku tahu. Aku bahkan sudah sangat tahu kemana hatiku menyuruhku berjalan. Tapi tak semudah ini. Bahkan mungkin aku berpikir hatiku telah patah menjadi dua. Setengahnya di tempat ini. Dan setengahnya lagi telah di miliki.. mungkinkah aku bisa tidak memilih?

Kami terus berjalan meninggalkan kapel yang terasa semakin kecil dari kejauhan..’ jangan menoleh..’ ujarnya padaku. Aku tahu. Itulah yang di katakannya sewaktu aku memutuskan tinggal di sini, ‘jangan menoleh ke belakang..’ tapi ternyata hatiku tak setegar itu. ‘kamu tak akan bisa berjalan dengan satu kaki di sini,sementara kakimu yang satu berada di tempat yang lain…’ aku mengerti. Selalu harus memilih bukan?
Langkahku kini agak ringan..dan sekarang kakiku telah sampai di depan pintu. Pintu tempat aku dulu berdiri menanti untuk di bukakan dan masuk.. Dan saat ini aku berdiri untuk membuka pintu itu..dan kemudian keluar…
‘selalu ada rumah yang lain untukmu. Rumah yang telah kamu miliki meski akhirnya kamu tinggalkan. Rumah yang selalu menantimu berdiri di depan pintunya dan mengetuknya..dan selalu ada kapel yang setia menunggumu di sana saat dini hari hingga petang…’ aku merasakan genggaman tangannya semakin merenggang. Tapi senyum itu masih terkembang. Masih sama saat pertama kali kami bertemu dan dia memelukku.

Dan genggaman itu terlepas sudah kini. Benar-benar terpisah..Aku tak bisa apa-apa. Aku tak mampu berlari dan memelukknya seperti dulu. Aku tak mampu memberinya janjiku seperti dulu.  aku benar-benar terperangkap dalam bisu dan lumpuh…Dia masih berdiri di sana. Dengan binarnya dan senyum yang indah. Aku tahu,dia tak akan beranjak hingga aku yang pergi,…’tak akan ada siapapun yang akan melepaskanmu dari sini kecuali bila kamu yang memilih untuk terlepas..’ ujarmu dulu.. seberhargakah aku baginya? Aku yang salahkah? Apakah aku yang telah salah memilih? Tapi kakiku telah memilih. Hatiku telah menoleh..dan aku merasa terisi di dalamnya…’ hatimu tak akan pernah berbohong Fre…ikutilah dia dan jalanlah terus…’ aku keluar dari pintu itu..mengangkat kakiku dari sana. Dan terus melangkah. aku tak mau menoleh. Tidak. Bukan tak mau tapi aku memang tak ingin..


          …kita selalu berada dalam pilihan…tidak memilihpun itu adalah pilihan….( Sr.Caecilia )


(dedicated to Sr.Caecilia,for my tentor I loved the most..who guards me, lightening my way and always gives the warm heart constantly…)

The last note in my dedication for my Congregation. My soul always be apart of there,and always be Yours…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar